Kebetulan
suami saya orang Jepang, jadi saya bisa berbagi sedikit pengalaman mengenai “kalimat
romantis” ini ketika pacaran dengan orang Jepang. Orang Jepang itu ternyata tidak seekspresif
seperti yang teman-teman baca di komik-komik yang ekspresinya gubrak-gubrakan
dan konyol. Secara umum orang Jepang itu
sangat tertutup dalam mengungkapkan perasaannya, apalagi mengucapkan “aishiteru”
atau “aku cinta kamu”. Ucapan ini bahkan
tidak pernah keluar dari mulut sebagian besar pasangan suami istri di
Jepang. Kalaupun mereka ingin
mengungkapkan perasaannya, mereka hanya mampu mengatakan “sukida” yang berarti “aku
suka kamu”. Kalau di Indonesia dibilang “suka”
belum tentu “cinta” ya?! Kalau untuk
suka-sukaan anak muda sih, di Jepang ungkapan itu sering diucapkan, tapi untuk pasangan
suami istri sangat jarang diucapkan.
Lalu bagaimana dengan saya? Karena saya orang Indonesia yang pastinya lebih ekspresif dibanding orang Jepang, dari sejak awal pacaran saya sudah membiasakan suami supaya menggunakan ungkapan “Aishiteru”. Tentunya kata aishiteru ini lebih dulu terucap dari mulut saya, sering mengucapkannya sampai akhirnya suami saya terbiasa dengan ungkapan itu, meski suamiku kadang malu-malu mengucapkannya. Tapi sekarang kami sudah terbiasa mengucapkan kalimat sakti itu tanpa ada rasa risih atau malu, bahkan ungkapan ini rutin kami ucapkan setiap hari. Mudah-mudahan sampai tua nanti bisa tetap mengucapkan “Aishiteru” setiap hari.
Lalu apa sih sebenarnya alasan kenapa orang Jepang itu enggan mengucapkan “aishiteru”? Berdasarkan hasil survei online yang diselenggarakan oleh salah satu situs kencan terkenal di Jepang yang bernama Sugoren terdapat beberapa alasan orang Jepang khususnya Pria kenapa enggan untuk mengucapkan “aishiteru”. Berikut saya menjabarkannya:
1. Karena tidak mau mengucapkannya
untuk main-main
Menurut
orang Jepang, ungkapan “aishiteru” itu seolah-olah “sakral”. Mereka mau mengungkapkannya hanya untuk
pasangan yang sudah cocok dan serius untuk menjadi pasangan hidup, bukan kepada
sembarangan orang.
2. Karena malu untuk
mengungkapkannya
Pria
Jepang itu ternyata lebih pemalu jika dibandingkan dengan pria-pria dari negara
lain. Pria Jepang itu cenderung pasif
dan malah lebih menunggu wanita yang mengungkapkannya terlebih dahulu. Pernyataan cinta sangat susah diekspresikan oleh
para pria di Jepang, dan bahkan terlihat sangat dingin terhadap wanita,
sehingga sering dikira tidak suka, padahal sebenarnya karena mereka malu untuk
berekspresi. Mereka sangat malu untuk
mengungkapkan rasa sukanya secara langsung.
3. Karena masih terlalu dini untuk
mengungkapkannya
Biasanya
pria Jepang itu sangat banyak pertimbangan ketika memulai suatu hubungan. Mereka tidak akan spontan dan terburu-buru
untuk mengungkapkan rasa sukanya apalagi mengucapkan “aishiteru”, seperti bule-bule yang baru ketemu sekejap saja sudah bilang “I love you” (hahaha…) Pria Jepang akan menunggu sampai mereka
saling mengenal satu sama lain lebih dekat.
Bahkan banyak juga yang sampai tinggal serumah untuk mengetahui dan
membuktikan kecocokan diantara mereka sebelum memutuskan untuk menikah.
4. Karena ungkapan “sukida” (“aku
suka kamu”) terasa lebih enak diucapkan
Menurut
mereka ungkapan “aishiteru” itu agak risih dan terasa berat untuk
diucapkan. Ungkapan “aishiteru” bahkan
tidak digunakan dalam cerita-cerita drama, anime dan komik. Yang digunakan adalah ungkapan “sukida” (aku
suka kamu) atau “kawai” (kamu manis).
Dengan demikian orang Jepang sudah terbiasa dengan ungkapan tersebut dan
sebaliknya ungkapan “aishiteru” dirasa tidak nyaman diucapkan.
5. Karena beranggapan bahwa pria
keren tidak cocok mengucapkannya
Pria
Jepang tidak mau merusak citra maskulinitasnya dengan mengungkakan “aishiteru”. Mereka sangat gengsi untuk mengekspresikan
rasa cintanya kepada wanita. Berbeda
sekali dengan orang Barat ya. Kalau
dalam budaya Barat, wanitanya justru akan tersinggung dan merasa dilecehkan
kalau tidak ekspresif terhadap wanita atau bahkan kalau tidak digoda, seperti orang Italia.
6. Karena kurang paham apa itu “cinta”
Pria
Jepang banyak yang merasa kurang paham akan arti cinta. Mereka sering kali bingung apakah yang mereka
rasakan itu hanya sekedar suka atau cinta.
Mungkin bisa dikatakan, ungkapan cinta itu akan bisa diungkapkan kalau
mereka sudah merasa nyaman dengan wanitanya.
Bagi orang Jepang, cinta itu tidak hanya sekedar kata-kata, tapi sesuatu
yang lebih yang bahkan mereka sulit untuk mengungkapkannya.
7. Karena tidak mau terlalu merayu
atau memuji pasangan
Pria
Jepang yang memiliki alasan ini, tidak mau pasangannya terlalu cepat mengambil
kesimpulan dan tidak mau pasangannya senang dulu. Padahal, semua wanita termasuk wanita Jepang
pasti akan sangat senang kalau mendengar ucapan itu dari prianya. Menurut saya, di sinilah letak
ketidakromantisan pria Jepang. Mereka kurang memuji dengan kata-kata
cinta.
8. Karena takut ungkapan itu hanya
suatu kebohongan
Pria
Jepang memiliki ketakutan dan ketidakyakinan kalau rasa cinta mereka itu akan
bertahan lama, sehingga dari awal mereka menghindari ungkapan cinta itu karena
akan sangat risih mengucapkannya kalau mereka sudah tidak saling cinta lagi
atau cintanya memudar. Di sini bisa
dilihat orang Jepang itu sangat memikirkan hal yang jauh ke depan dan
memutuskan berjaga-jaga di awal untuk menghindari sesuatu yang buruk di
kemudian hari.
9. Karena tidak ada alasan untuk
mengungkapkannya
Alasan
terakhir ini emang agak unik dan terkesan sangat dingin. Pria Jepang yang memiliki alasan ini merasa
tidak perlu untuk mengungkapkannya karena tidak ada tenanan untuk harus
mengucapkannya. Mereka seolah-olah
percaya kalau wanitanya sudah tahu isi hati mereka. (Bagaimana bisa ya??) Orang Jepang memang memiliki kebiasaan yang
unik, yaitu orang lain diharuskan memahami isi hati atau pikirannya meskipun tidak diungkapkan dengan kata-kata.
Seperti halnya dalam pekerjaan, bawahan seolah-olah dipaksa untuk
mengetahui dan memahami keinginan atau isi hati bosnya meski tidak
diungkapkan. Saya juga kadang-kadang
bingung apa maunya bos saya, sepertinya dia mau saya bisa baca pikirannya. Capek deh.. (hahaha…)
10. Karena cinta itu bukan
kata-kata tapi tindakan.
Alasan
yang terakhir ini saya tambahkan sebagai informasi di luar hasil survei di
atas. Interpretasi kata “cinta” di
berbagai negara memang berbeda-beda.
Kata cinta dalam bahasa Inggris dan bahkan dalam bahasa Indonesia itu
sangat luas, seperti cinta terhadap sesama, cinta terhadap Tuhan, cinta
terhadap binatang, cinta terhadap sepatu, dan bahkan cinta terhadap uang, dan
lain-lain. Kalau di Jepang, ungkapan cinta
“aishiteru” itu 100% hanya untuk pasangan hidup suami/istri. Sebagaimana yag sudah disebutkan di atas, itu
pun umumnya pasangan suami istri di Jepang tidak pernah mengucapkan “aishiteru”.
Ungkapan cinta itu mereka ungkapkan melalui tindakan atau layanan bukan dengan
kata-kata. Itulah sebabnya suami-suami di
Jepang yang bekerja keras untuk keluarga dianggap sebagai bukti cintanya
terhadap istri dan keluarga.